welcome to my world...

hi friends.. thanks for visiting my blog.. i just want to share my stories, i love writing, i like write about friendship, so more of my stories are about friendship....

friendship is a part of our life,,, we can't life without friends,, we need a friend, we need friendship and we will be happy when we gathering with our friends.....

love love love...

i love my friends,, i love you all

thanks

<3 nda octavria <3

Sabtu, 07 Januari 2012

Cerita di Sekolah_KISAH DUA (Si kembar yang mencuri perhatian)

Masih sebuah cerita yang terjadi di Sekolah dimana saya mengajar, di kelas yang sama seperti di Kisah Satu, dimana ada Rifan, Dirly, Nindy dan teman-teman yang lain. Sebelumnya saya sudah menyebutkan soal si kembar Arya dan Aryo, si kembar yang baru masuk ke kelas itu. Kembar identik asal Jawa Timur memang mencuri perhatian. Siapa pun pasti setuju, anak kembar pasti selalu dapat mencuri perhatian, mau dia cantik, ganteng, biasa aja, bahkan jelak (upsss).. tapi kita pasti penasaran untuk melihatnya, atau memperhatikannya, atau mungkin hanya melirik saja.
                Si kembar identik ini bernama Arya dan Aryo. Mereka berdua benar-benar identik, sampai-sampai saya tidak bisa membedakan mana Arya dan mana Aryo, saya selalu dibingungkan oleh mereka. Sampai sekarangpun, saya masih tak bisa ingat mana yang Arya, mana yang Aryo.
                Arya dan Aryo mempunyai kepribadian yang berbeda, entah yang mana, tapi salah satu dari mereka cenderung pendiam dan tak banyak bicara, bisanya hanya tersenyum, apalagi saat Nindy menggodanya, yang akan dia lakukan hanya tersipu malu. Sedangkan yang satunya selalu ingin tahu dan sedikit nakal, dia lebih percaya diri dibandingkan kakaknya, dia juga sering membuat lelucon yang bisa membuat seisi kelas tertawa. Sebenarnya sih gak usah membuat lelucon, cukup mengucapkan satu kata saja, se isi kelas akan tertawa, kenapa begitu? Itu karena Arya dan Aryo mempunya logat/aksen jawa yang medok banget, jadi kalo ngomong pasti lucu.
                Nindy, selalu tertawa dan meminta ARya atau Aryo mengulang ucapannya, dia memang gadis yang jahil, setiap orang pernah menjadi bulan-bulanannya. Suatu hari Arya bicara sesuatu, lalu Nindy akan berkata “apa?apa?ulang-ulang?”, Arya pun akan mengulang dengan senang hati, dia pikir Nindy memang tidak mendengar, tapi setelah mengulangnya, Nindy malah tertawa lalu meniru apa yang dikatakan Arya. Mungkin orang lain akan tersinggung dan marah, tapi mereka tidak, mereka tahu Nindy tidak bermaksud menghina.
                “maaf ya Arya Aryo, aku suka loh sama aksen kalian itu, maaf yaaa, jangan dimasukan ke hati” ucap Nindy suatu hari saat dia lagi-lagi mengulang hal yang sama.
                “bohong tuh, si Nindy mah emang mau ngerjain kalian aja” ucap Rifan
                “apa sih Rifan, sirik aja deh, aku kan ngefans sama mereka” jawab Nindy polos
                “ih Nindy apaan sih, kemaren nge fans sama aku, sekarang si kembar, plin plan” ucap Dirly
                “cieeeee, Dirly punya saingan” ujarku ikut nimbrung
                “ih ibu apaan sih, Nindy kan orangnya gitu bu, kecentilan” jawab Dirly
                “tapi suka kaaannn, hemmm.hemmm hem..” goda Nindy genit.
                “sudah, lanjutkan belajarnya” tambahku melerai, sebelum kelas ribut lagi.
                Waktu itu, saya meminta mereka untuk Speaking, mereka akan bercakap-cakap secara berpasangan. Pastilah Rifan dan Dirly selalu ingin jadi yang pertama tampil. Dan Mereka tak suka berpasangan, saat itu, Rifan memilih untuk  story telling, menceritakan kegiatannya dan hobbynya, sementara Dirly memilih menceritakan ketertarikannya akan pelajaran dan cita-citanya yang tinggi. Saya salut sama mereka, mereka dapat dengan lepas berbicara dalam bahasa inggris secara spontan, tanpa berfikir terlalu lama, apabila ada kosa kata yang tak mereka tahu, maka mereka tak segan bertanya, atau meminjam kamus.
                Tibalah saat Arya dan Aryo berbicara, mereka memilih untuk memperkenalkan diri, mungkin karena anak baru, mereka ingin lebih dikenal, Aryo lebih banyak bicara disbanding Arya, satu hal yang unik adalah aksen bahasa Inggris yang dicampur Jawa, terang saja seisi kelas tertawa terpingkal-pingkal saat mereka bicara. Bukan bermaksud menghina, tapi jujur mereka memang lucu, untunglah mereka bukan anak yang sakit hatian, jadi mereka tak pernah marah, malah mereka senang menghibur kami dengan gaya medoknya itu. Sering kali Arya mengacungkan tangan dan bertanya, saya akan diam sejenak untuk tidak tertawa, tapi tersenyum.
                Saya pernah ngobrol dengan Arya, bertanya kenapa dia pindah dan sama siapa dia tinggal. Arya anak yang mengasikan, dia tidak segan menjawab semua pertanyaan saya.
                “Arya, kamu gak marah kan teman-teman sering tertawa saat kalian berdua bicara?” tanya saya
                “enggak dong bu, kami ngerti kok, kami kan unik” jawabnya pede
                “iya, ibu sering dibuat tertawa juga oleh kalian, tapi kalau ada teman yang mungkin mengikuti aksen bicara kalian, bukan berarti meledek ya, mereka memang seperti itu, kamu tahu sendiri keadaan kelas kamu seperti apa kan?” ucap saya, takut kalau Arya dan Aryo sakit hati atau minder
                “iya bu, saya ngerti, lagi pula saya senang sekolah disini, temen-temennya asik, mereka gak memebeda-bedakan kami, mereka juga baik, solidaritasnya tinggi, gak ada yang namaya geng-gengan” ungkap Arya
                “syukurlah, jadi kamu senang berada satu kelas dengan Nindy” goda saya, geli melihat reaksi Arya yang tersipu malu
                “ah ibu” jawabnya singkat.
**
                Setiap selesai mengajar, saya selalu mengadakan Quiz, semacam Cerdas Cermat atau Cepat Tepat, kadang juga Games. Anak-anak paling suka bagian ini, mereka akan antusias menjadi peserta, apalagi dua orang yang saling bersaing, yaitu Rifan dan Dirly, namun keberadaan mereka menjadi tak seimbang, karena score akan mereka raih dengan cepat, sementara yang lain, hanya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan secara langsung, sedangkan pertanyaan rebutan akan diambil alih oleh Rifan dan Dirly. Maka saya menyiasati, Rifan dan Dirly menjadi juri dan pembuat soal.
                Saat itu Rifan yang membuat soal untuk mereka. Sementara Dirly menjadi jurinya. Arya berada di grup Nindy dan Aryo di Grup Cipta. Ada 4 grup yang berlomba. Setiap grup terdiri dari satu barisan.
Saat pertanyaan rebutan, bisa apa saja terjadi. Sering mereka menjawab asal-asalan, apa lagi Cipta dan Toni, mereka berdua sering membuat Scorenya sampai minus gara-gara jawaban asal yang salah.
                Saat saya mengajukan pertanyaan, tiba-tiba dengan semangat Arya mengacungkan tangan sambil berkata “bu saya bu”. Seperti biasa setiap si kembar bicara pasti anak-anak diam, begitupun saat itu, kami terdiam melihat Arya yang berdiri sambil mengacungkan tangan, semua mata terfokus padanya. Sayapun menahan nafas untuk mendengar jawaban Arya.
                “Yes Arya?” tanya saya, dia terlihat berfikir sambil menahan nafas. Lalu…
                “hufffffhhhhh, gak tahu bu, lupa” jawabnya polos. Saya tertawa melihat ekspresinya yang tanpa dosa, dia telah membuat semua orang menunggu jawabnnya, tapi dia menjawab tidak tahu dengan begitu polosnya.
                “yaaaaaaaa,,,, “ koar semua anak diakhiri dengan tawa yang renyah.
                “ARyaaaaaa,, kamu kalo gak tahu diem, tuh kan jadi dikurangin nilainya.. akh…” sewot Nindy
                “maaf nin, maaf” jawabnya sambil garuk-garuk kepala.
                Saat itu kelas diadakan sore hari, cuaca mendung membuat kelas gelap. Tak lama kemudian hujan deras turun. Kelas yang gelap membuat kami sedikit terganggu. Nindy yang selalu ceria, terlihat diam saja, tiba-tiba dia melihat kebelakang lalu tertawa nyaring, membuat kelas yang tenang kaget.
                “Nindyyyyyyyy,, apaan sih?” teriak Nia teman sebangkunya.
                “tau tuh, dia mah gila, suka tiba-tiba ketawa, gak jelas” timbrung Dirly
                “ih, kalian lihat deh tuh kebelakang” jawab Nindy dengan keras. Semua anak melihat kebelakang dan kebingungan.
                “apaan?” tanya Nia. Aku yang mengerti maksud Nindy tersenyum.
                “tuh kan, ibu aja tersenyum” jawab Nindy. Lalu terdengar Rifan berkata “oohhh” dan tertawa
                “Eh ton, jangan duduk dibelakang lah, ini kan gelap, kulitmu juga gelap, jadi gak keliatan, keliatan matanya doang, serem tauuu” ucap Nindy. Semua orang kembali melihat kearah Toni yang kini sedang tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih Rapi.
                “eh gila, serem lo ton, pindah ke depan sono” tambah Arya dengan logat jawanya.
Nindy terus tertawa tak bisa berhenti, sambil sesekali melihat kebelakang ke arah Toni “Di tempat yang gelap, bagian tubuh toni yang terlihat hanya gigi dan matanya saja, itupun kalau dia tersenyum” ucapnya. “Toniii Toni” lanjutnya.
“Nindyyy Nindyy” balas yang lain serentak.
“loh???” ucapnya, Nindy menghentikan tawanya dan kembali menulis, sesekali dia masih cengengesan membayangkan Toni yang tinggal mata dan Gigi.
**
Hari itu saat Writing, saya membolehkan mereka membawa kamus. Sayang Arya dan Aryo tidak membawa kamus, sayapun meminjamkan kamus saya.
Arya yang memang lebih berani dari Aryo meminjam kamus saya dan membawanya ke mejanya. Lucunya, si kembar ini bertengkar hanya gara-gara kamus, bukan pertengkaran yang membuat tegang, tapi pertengkaran yang buat orang tertawa melihatnya.
Saat itu, arya sedang asik-asiknya mencari kata di kamus, Aryo yang bingung dan pusing mengerjakan tugasnya, meminjam kamus Arya, tapi Arya yang memang pelit, tidak memberikan pinjaman.
“ya, minjemlah bentar, kamu tuh egois banget sih” kesal Aryo.
“ntar dong, lagi dipake tau” balas Arya
“dasar pelit, minjem bentar aja napa sih, itu juga bukan kamus kamu tau, itu kamus punya ibu” kesalnya
“iya tau, terus napa minjem?” jawab Arya sambil terus membuka-buka kamus
“jadi orang tuh jangan egois lah, kamu tuh selalu aja pengen nguasain semua nya, gak dirumah gak disini, sama aja” Aryo makin kesal dengan sikap Arya.
“apa sih egois egois, kamu juga egois” jawab Arya.
Merka berdua terus bertengkar layaknya kucing dan tikus, Arya tak mau mengalah, sementara Aryo terus menggerutu. Mereka tak tahu sebagian orang memperhatikan mereka sambil tersenyum melihat tingkah mereka, termasuk saya. Akhirnya, saking kesalnya Aryo menyerah dan memutuskan bertanya pada Dirly.

KISAH DUA SELESAI… ^_~


1 komentar: