welcome to my world...

hi friends.. thanks for visiting my blog.. i just want to share my stories, i love writing, i like write about friendship, so more of my stories are about friendship....

friendship is a part of our life,,, we can't life without friends,, we need a friend, we need friendship and we will be happy when we gathering with our friends.....

love love love...

i love my friends,, i love you all

thanks

<3 nda octavria <3

Sabtu, 07 Januari 2012

Cerita di Sekolah_KISAH DUA (Si kembar yang mencuri perhatian)

Masih sebuah cerita yang terjadi di Sekolah dimana saya mengajar, di kelas yang sama seperti di Kisah Satu, dimana ada Rifan, Dirly, Nindy dan teman-teman yang lain. Sebelumnya saya sudah menyebutkan soal si kembar Arya dan Aryo, si kembar yang baru masuk ke kelas itu. Kembar identik asal Jawa Timur memang mencuri perhatian. Siapa pun pasti setuju, anak kembar pasti selalu dapat mencuri perhatian, mau dia cantik, ganteng, biasa aja, bahkan jelak (upsss).. tapi kita pasti penasaran untuk melihatnya, atau memperhatikannya, atau mungkin hanya melirik saja.
                Si kembar identik ini bernama Arya dan Aryo. Mereka berdua benar-benar identik, sampai-sampai saya tidak bisa membedakan mana Arya dan mana Aryo, saya selalu dibingungkan oleh mereka. Sampai sekarangpun, saya masih tak bisa ingat mana yang Arya, mana yang Aryo.
                Arya dan Aryo mempunyai kepribadian yang berbeda, entah yang mana, tapi salah satu dari mereka cenderung pendiam dan tak banyak bicara, bisanya hanya tersenyum, apalagi saat Nindy menggodanya, yang akan dia lakukan hanya tersipu malu. Sedangkan yang satunya selalu ingin tahu dan sedikit nakal, dia lebih percaya diri dibandingkan kakaknya, dia juga sering membuat lelucon yang bisa membuat seisi kelas tertawa. Sebenarnya sih gak usah membuat lelucon, cukup mengucapkan satu kata saja, se isi kelas akan tertawa, kenapa begitu? Itu karena Arya dan Aryo mempunya logat/aksen jawa yang medok banget, jadi kalo ngomong pasti lucu.
                Nindy, selalu tertawa dan meminta ARya atau Aryo mengulang ucapannya, dia memang gadis yang jahil, setiap orang pernah menjadi bulan-bulanannya. Suatu hari Arya bicara sesuatu, lalu Nindy akan berkata “apa?apa?ulang-ulang?”, Arya pun akan mengulang dengan senang hati, dia pikir Nindy memang tidak mendengar, tapi setelah mengulangnya, Nindy malah tertawa lalu meniru apa yang dikatakan Arya. Mungkin orang lain akan tersinggung dan marah, tapi mereka tidak, mereka tahu Nindy tidak bermaksud menghina.
                “maaf ya Arya Aryo, aku suka loh sama aksen kalian itu, maaf yaaa, jangan dimasukan ke hati” ucap Nindy suatu hari saat dia lagi-lagi mengulang hal yang sama.
                “bohong tuh, si Nindy mah emang mau ngerjain kalian aja” ucap Rifan
                “apa sih Rifan, sirik aja deh, aku kan ngefans sama mereka” jawab Nindy polos
                “ih Nindy apaan sih, kemaren nge fans sama aku, sekarang si kembar, plin plan” ucap Dirly
                “cieeeee, Dirly punya saingan” ujarku ikut nimbrung
                “ih ibu apaan sih, Nindy kan orangnya gitu bu, kecentilan” jawab Dirly
                “tapi suka kaaannn, hemmm.hemmm hem..” goda Nindy genit.
                “sudah, lanjutkan belajarnya” tambahku melerai, sebelum kelas ribut lagi.
                Waktu itu, saya meminta mereka untuk Speaking, mereka akan bercakap-cakap secara berpasangan. Pastilah Rifan dan Dirly selalu ingin jadi yang pertama tampil. Dan Mereka tak suka berpasangan, saat itu, Rifan memilih untuk  story telling, menceritakan kegiatannya dan hobbynya, sementara Dirly memilih menceritakan ketertarikannya akan pelajaran dan cita-citanya yang tinggi. Saya salut sama mereka, mereka dapat dengan lepas berbicara dalam bahasa inggris secara spontan, tanpa berfikir terlalu lama, apabila ada kosa kata yang tak mereka tahu, maka mereka tak segan bertanya, atau meminjam kamus.
                Tibalah saat Arya dan Aryo berbicara, mereka memilih untuk memperkenalkan diri, mungkin karena anak baru, mereka ingin lebih dikenal, Aryo lebih banyak bicara disbanding Arya, satu hal yang unik adalah aksen bahasa Inggris yang dicampur Jawa, terang saja seisi kelas tertawa terpingkal-pingkal saat mereka bicara. Bukan bermaksud menghina, tapi jujur mereka memang lucu, untunglah mereka bukan anak yang sakit hatian, jadi mereka tak pernah marah, malah mereka senang menghibur kami dengan gaya medoknya itu. Sering kali Arya mengacungkan tangan dan bertanya, saya akan diam sejenak untuk tidak tertawa, tapi tersenyum.
                Saya pernah ngobrol dengan Arya, bertanya kenapa dia pindah dan sama siapa dia tinggal. Arya anak yang mengasikan, dia tidak segan menjawab semua pertanyaan saya.
                “Arya, kamu gak marah kan teman-teman sering tertawa saat kalian berdua bicara?” tanya saya
                “enggak dong bu, kami ngerti kok, kami kan unik” jawabnya pede
                “iya, ibu sering dibuat tertawa juga oleh kalian, tapi kalau ada teman yang mungkin mengikuti aksen bicara kalian, bukan berarti meledek ya, mereka memang seperti itu, kamu tahu sendiri keadaan kelas kamu seperti apa kan?” ucap saya, takut kalau Arya dan Aryo sakit hati atau minder
                “iya bu, saya ngerti, lagi pula saya senang sekolah disini, temen-temennya asik, mereka gak memebeda-bedakan kami, mereka juga baik, solidaritasnya tinggi, gak ada yang namaya geng-gengan” ungkap Arya
                “syukurlah, jadi kamu senang berada satu kelas dengan Nindy” goda saya, geli melihat reaksi Arya yang tersipu malu
                “ah ibu” jawabnya singkat.
**
                Setiap selesai mengajar, saya selalu mengadakan Quiz, semacam Cerdas Cermat atau Cepat Tepat, kadang juga Games. Anak-anak paling suka bagian ini, mereka akan antusias menjadi peserta, apalagi dua orang yang saling bersaing, yaitu Rifan dan Dirly, namun keberadaan mereka menjadi tak seimbang, karena score akan mereka raih dengan cepat, sementara yang lain, hanya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan secara langsung, sedangkan pertanyaan rebutan akan diambil alih oleh Rifan dan Dirly. Maka saya menyiasati, Rifan dan Dirly menjadi juri dan pembuat soal.
                Saat itu Rifan yang membuat soal untuk mereka. Sementara Dirly menjadi jurinya. Arya berada di grup Nindy dan Aryo di Grup Cipta. Ada 4 grup yang berlomba. Setiap grup terdiri dari satu barisan.
Saat pertanyaan rebutan, bisa apa saja terjadi. Sering mereka menjawab asal-asalan, apa lagi Cipta dan Toni, mereka berdua sering membuat Scorenya sampai minus gara-gara jawaban asal yang salah.
                Saat saya mengajukan pertanyaan, tiba-tiba dengan semangat Arya mengacungkan tangan sambil berkata “bu saya bu”. Seperti biasa setiap si kembar bicara pasti anak-anak diam, begitupun saat itu, kami terdiam melihat Arya yang berdiri sambil mengacungkan tangan, semua mata terfokus padanya. Sayapun menahan nafas untuk mendengar jawaban Arya.
                “Yes Arya?” tanya saya, dia terlihat berfikir sambil menahan nafas. Lalu…
                “hufffffhhhhh, gak tahu bu, lupa” jawabnya polos. Saya tertawa melihat ekspresinya yang tanpa dosa, dia telah membuat semua orang menunggu jawabnnya, tapi dia menjawab tidak tahu dengan begitu polosnya.
                “yaaaaaaaa,,,, “ koar semua anak diakhiri dengan tawa yang renyah.
                “ARyaaaaaa,, kamu kalo gak tahu diem, tuh kan jadi dikurangin nilainya.. akh…” sewot Nindy
                “maaf nin, maaf” jawabnya sambil garuk-garuk kepala.
                Saat itu kelas diadakan sore hari, cuaca mendung membuat kelas gelap. Tak lama kemudian hujan deras turun. Kelas yang gelap membuat kami sedikit terganggu. Nindy yang selalu ceria, terlihat diam saja, tiba-tiba dia melihat kebelakang lalu tertawa nyaring, membuat kelas yang tenang kaget.
                “Nindyyyyyyyy,, apaan sih?” teriak Nia teman sebangkunya.
                “tau tuh, dia mah gila, suka tiba-tiba ketawa, gak jelas” timbrung Dirly
                “ih, kalian lihat deh tuh kebelakang” jawab Nindy dengan keras. Semua anak melihat kebelakang dan kebingungan.
                “apaan?” tanya Nia. Aku yang mengerti maksud Nindy tersenyum.
                “tuh kan, ibu aja tersenyum” jawab Nindy. Lalu terdengar Rifan berkata “oohhh” dan tertawa
                “Eh ton, jangan duduk dibelakang lah, ini kan gelap, kulitmu juga gelap, jadi gak keliatan, keliatan matanya doang, serem tauuu” ucap Nindy. Semua orang kembali melihat kearah Toni yang kini sedang tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih Rapi.
                “eh gila, serem lo ton, pindah ke depan sono” tambah Arya dengan logat jawanya.
Nindy terus tertawa tak bisa berhenti, sambil sesekali melihat kebelakang ke arah Toni “Di tempat yang gelap, bagian tubuh toni yang terlihat hanya gigi dan matanya saja, itupun kalau dia tersenyum” ucapnya. “Toniii Toni” lanjutnya.
“Nindyyy Nindyy” balas yang lain serentak.
“loh???” ucapnya, Nindy menghentikan tawanya dan kembali menulis, sesekali dia masih cengengesan membayangkan Toni yang tinggal mata dan Gigi.
**
Hari itu saat Writing, saya membolehkan mereka membawa kamus. Sayang Arya dan Aryo tidak membawa kamus, sayapun meminjamkan kamus saya.
Arya yang memang lebih berani dari Aryo meminjam kamus saya dan membawanya ke mejanya. Lucunya, si kembar ini bertengkar hanya gara-gara kamus, bukan pertengkaran yang membuat tegang, tapi pertengkaran yang buat orang tertawa melihatnya.
Saat itu, arya sedang asik-asiknya mencari kata di kamus, Aryo yang bingung dan pusing mengerjakan tugasnya, meminjam kamus Arya, tapi Arya yang memang pelit, tidak memberikan pinjaman.
“ya, minjemlah bentar, kamu tuh egois banget sih” kesal Aryo.
“ntar dong, lagi dipake tau” balas Arya
“dasar pelit, minjem bentar aja napa sih, itu juga bukan kamus kamu tau, itu kamus punya ibu” kesalnya
“iya tau, terus napa minjem?” jawab Arya sambil terus membuka-buka kamus
“jadi orang tuh jangan egois lah, kamu tuh selalu aja pengen nguasain semua nya, gak dirumah gak disini, sama aja” Aryo makin kesal dengan sikap Arya.
“apa sih egois egois, kamu juga egois” jawab Arya.
Merka berdua terus bertengkar layaknya kucing dan tikus, Arya tak mau mengalah, sementara Aryo terus menggerutu. Mereka tak tahu sebagian orang memperhatikan mereka sambil tersenyum melihat tingkah mereka, termasuk saya. Akhirnya, saking kesalnya Aryo menyerah dan memutuskan bertanya pada Dirly.

KISAH DUA SELESAI… ^_~


Cerita di Sekolah_KISAH SATU (ada cinta di sekolah)

Di setiap sekolah, pasti selalu ada kisah. Senang, sedih, tawa, tangis, cinta dan kasih. Apa lagi masa remaja, selalu menyimpan kisah yang menyenangkan, yang membuat setiap orang bilang kalau masa Remaja, adalah masa terindah dalam hidup. Semua setuju, karena masa Remaja, masa dimulainya saling suka-sukaan, naksir-naksiran, bahkan first love dan true love. Tidak hanya itu, saling benci dan permusuhan juga ada. Tapi dalam kisah ini, tak akan kamu temukan permusuhan, saya akan menceritakan kisah yang diambil dari pengamatan saya terhadap murid saya. Bukan hanya pengamatan, tapi ada juga dari curhatan. Hmmm,,, saya ibu guru yang gaul bukan??saya juga heran, kenapa anak didik saya selalu pengen curhat sama saya. Tapi yaaaa, gak apa lah, menambah pengetahuan dan pengalaman. Tapi kalau RAHASIA, saya tak akan bocorkan disini… Your Secret is save sweetie,,,, I promise…

Saya mengamati satu kelas, yang membuat saya betah berada disana, kenapa??karena anak-anaknya lucu, kocak, heboh, dan terbuka. Solidaritas mereka tinggi, akur dan harmonis, dan yang pasti mereka pintar-pintar, jadi gak sulit untuk mengajar mereka.
(Nama-nama mereka saya SAMARKAN, takut teman-temannya yang lain baca, dan tahu, kalau teman sekelas sih udah pada tahu)
***
                Disebuah kelas yang tekenal gaduh dan anak-anak hiperaktif tapi terkenal dengan kelas paling cerdas, setiap guru yang datang pasti betah, karena pelajaran yang mereka berikan begitu cepat dimengerti, walaupun kadang guru kewalahan dengan tingkah mereka. Apalagi, hampir semua anak di kelas itu bawel, saat bertanya maupun menjawab pertanyaan, pasti berebutan, yang ujung-ujungnya gaduh. Tapi jangan salah, sikap mereka yang seperti itu lah yang membuat guru betah, karena, para guru merasa dihargai. Kalau mereka bertanya, itu artinya mereka benar-benar tertarik dengan pelajaran yang diberikan, dan kalau mereka menjawab, itu artinya mereka paham dengan apa yang diberikan.
                Dikelas itu terkenal dua orang yang paling cerdas, dua-duanya cowok, mereka adalah Dirly dan Rifan. Mereka bersaing secara ketat, kalau salah satu nilainya lebih besar, pasti yang satu lagi akan cemberut dan merasa kalah, dan akan membalasnya. Tapi bila salah satu tak ada pasti yang satunya akan merasa kehilangan dan tak bersemangat.
                Rifan dan Dirly amat menyukai pelajaran bahasa Inggris, mereka akan berlomba adu kepintaran saat Quiz dimulai, Rifan anak yang aktif, bawel dan cerdas. Tak bisa diam dan selalu bertingkah, kadang membuat saya pusing dibuatnya, tapi tingkahnya itu bisa memubat perut saya sakit karena tertawa, seisi kelas menyebutnya cacing kepanasan, karena dia memang tak bisa diam. Sedangkan Dirly anak yang cerdas, tidak terlalu banyak tingkah, tapi aktif. Dia terkesan lebih calm, tapi kalau sudah bicara, sama saja bawelnya dengan Rifan.
                Dikelas itu, tidak semua asli suku sunda. Ada salah satu anak yang berasal dari luar Bandung, pindah dan bersekolah disana. Namanya Nindy. Gadis yang manis, polos, ramah, dan sedikit kekanak-kanakan. Saking polosnya, dia tak bisa menyembunyikan rasa sukanya terhadap Dirly. Nindy adalah gadis yang manis, berkulit coklat, bermata bulat dan rambut agak ikal. Selain Nindy ada juga si kembar Arya dan Aryo, murid baru pindahan dari Jawa dan hanya bisa berbahasa Jawa dan Indonesia, aksen medoknya sering jadi bulan-bulanan Nindy.
                Nindy, selalu mengejek Dirly, menggodanya secara terang-terangan, membuat semua temannya malah mengejek mereka berdua, dan menjodoh-jodohkan mereka. Nindy senang sekali membuat Dirly ke GeeRan. Tapi Dirly dengan cuek menanggapinya, kalau Nindy menggodanya, Dirly akan balas menggodanya, membuat seisi kelah gaduh mengejek mereka. Saya pun sering dibuatnya tersenyum, inginnya sih tertawa, tapi malu lah masa tertawa terbahak didalam kelas, apa kata DUnia???
                Setiap diadakan latihan, Rifan dan Dirly pasti berlomba untuk jadi yang pertama mengumpulkan jawabannya. Dan yang pasti, mereka menunggu hasilnya. Maka setelah dibagikan, mereka akan bertanya, siapa yang nilainya besar bu???, saya jawab “lihat aja sendiri”. yang lucunya, Nindy selalu bertanya Nilainya Dirly, dengan wajah polos, dia akan mendatangi saya dan berbisik “bu, nilai Dirly berapa? Pasti bagus ya?, yaaah, nilai saya jelek dong, jangan kasih tau dia nilai saya ya bu”. Lalu dia kembali ke bangkunya sambil membuat tanda, menyentuhkan jari telunjuknya ke bibirnya dan bilang “suuttttt” dengan mata berkedip. Dasar Nindy, bisaaa saja membuat hati saya saya hanya geli.
                Beda dengan Nindy yang menunjukan rasa simpatinya terhadap Dirly. Sebaliknya Dirly seakan tak peduli dan bersikap biasa saja terhadap Nindy, entah memang dia tidak punya perasaan atau hanya caranya saja menunjukan perasaan, mungkin dia tak ingin teman-temannya terus mengejeknya. Tapi kadang dia juga sering bertanya nilai Nindy. Dia selalu berpura-pura melihat nilai “Miss, may I see the score??” lalu dia akan melihat daftar nilai di buku nilai saya, dan menunjuk nama Nindy Maharini.
                Seiring berjalannya waktu, teman-teman mereka semakin gencar menjodohkan mereka. Dengan terang-terangan mereka akan bilang “the best couple in this class is Nindy and Dirly” semua bersorak dengan semangat, bila Nindy mulai menggoda Dirly, mereka akan berteriak “cieeeeeee,,,wittt wiewwww, ehem,,ehem…”
                Pernah suatu hari, Rifan menggoda Dirly, dia bermain-main dengan Dirly, lalu Nindy berkata “fan, jangan gitu dong sama dirly, kan kasian”,,, sontak semua sahabat berkata “cieeeeee”, lalu Nindy melanjutkan “cuman aku yang boleh godain Dirly”,, dan semua bersorak “woooooooo”. Nindy akan tersipu malu, sementara Dirly diam saja.
                Nindy tidak bisa berbahsa Sunda, makanya teman-temannya sering mengerjainnya dengan berbicara bahasa Sunda, seringnya mereka mengajari Nindy bahasa sunda kasar, yang membuat lucu saat dia mengatakannya dengan polos. Nindy yang polos, sering kena jebakan teman-temannya itu, tapi Nindy tahu, teman-temannya itu hanya bercanda, diapun tak pernah marah. Hanya Dirly sering mengingatkan “nin, mau aja lo dikerjain”, maka akan muncul ejekan dari teman-temannya “cieeeeee ngebelaiiiin”.
                **
                Hari itu waktunya “writing” atau menulis, kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia “mengarang”, saya menyuruh mereka membuat sebuah cerita tentang IDOLA.
                “ok guys,, this time is to Write because today is Writing day, and I have a topic for you, the topic is “IDOL”, you can tell me who is your idol, why you like him or her, and how is him or her personality, tell me everything you know about them, you can choose your mom as your idol..” ungkap saya  di depan kelas.
                “yaaahhhhh” ucap mereka berbarengan. Memang tak gampang untuk mengarang dalam bahasa Inggris, selain kesulitan dengan Vocabulary atau kosakata, mereka juga sering bingung dengan Grammar alias Susunan Kalimat. Hanya dua orang yang bilang “yeeeeeeeee,, asiikkkkk”, tau lah siapa mereka. Siapa lagi kalau bukan Rifan dan Dirly.
                Saya lihat Rifan dan Dirly begitu antusias mengarang, sementara yang lain masih bingung apa yang harus ditulis, mereka berdua telah begitu semangat menggoreskan tinta mereka keatas selembar kertas. Saya melihat pekerjaan mereka satu persatu, ada yang masih bergulat dalam satu baris, ada yang telah menyelesaikan satu paragraph, ada pula yang masih kosong.
                Sewaktu mereka mengerjakan tugasnya, saya iseng bertanya pada Nindy,  “Nindy, who is your Idol?”
                “Rizki Alatas Miss, he is an actor and a singer” jawabnya, saya tak berfikiran kesana, saya kira dia akan jawab Dirly.
                “I think you will write about Dirly” ungkap saya jujur. Nindy hanya tersenyum manis. Saya melihat Dirly sedikit mendongak dan menghentikan pekerjaannya sejenak.
                **
                Dirly adalah orang pertama yang mengumpulkan, tulisannya sederhana tapi bagus, tak banyak kesalahan yang dia buat, kosa kata yang dia pakai sederhana tapi pas, struktur kalimatnya bagus, dan yang pasti ceritanya menarik. Saya langsung membacanya dan ingin segera membubuhkan nilai  “A”, tapi saya tahan dulu, kali aja Rifan lebih baik dari dia.
                Rifan menyerahkan pekerjaanya, cerita sederhana, kosa kata yang biasa tapi sayang, kesalahan dalam penempatan kalimat terutama personal pronounnya belum tepat, padahal cerita Rifan lebih menarik dari Dirly, jadi saya putuskan Dirly lah yang mempunya nilai besar. Semua telah mengumpulkan. Dirly tak sabar ingin melihat hasilnya, tapi saya sengaja menunda menilainya, saya ingin membacanya lagi di rumah.
                Dirly menghampiri saya “miss, don’t tell my story to everyone, please” bisiknya, dan saya jawab “okay, your secret is save”.
                Saya sedikit terharu dengan cerita Dirly, idolanya adalah sahabat masa kecilnya, yang sekarang telah terpisah, pantas saja dia tak ingin orang tahu, mungkin takut ketahuan Nindy.
 Nindy menghampiri saya dan bertanya siapa idola Dirly, dia bahkan ingin melihat hasil kerja Dirly dan membacanya, tapi saya telah berjanji pada Dirly, jadi saya tak memberitahu Nindy siapa yang diceritakan Dirly. Nindy terlihat kecewa saat meninggalkan meja saya, sekali lagi dia mengatupkan tangan dan memohon,, “miss pleaseeeeee” ucapnya dengan wajah memelas, membuat saya tak tega, tapi saya lihat Dirly juga memohon. Dan sayapun menggeleng pada Nindy.
                Nindy berbalik ke arah Dirly dan berkata “ly, siapa sih yang ada di story kamu? Rahasia banget sih?”.
                “siapa aja deh,,, mau tauuuuuu aja” balas Dirly santai.
                “huuuu” kesal Nindy.
                “cieeee,, cemburu,,, selingkuhan tuh Nin” timbrung Afifa.
**
                Setelah masa Ujian Tengah Semester, kira-kira sebulan setelah itu, saya tak melihat lagi Nindy. Nia sahabat sekaligus teman sebangkunya bilang kalau dia ijin, dibawa ayahnya ke Banten, katanya Neneknya meninggal. Saya tidak merasakan hal apapun, saya pikir hanya akan ijin satu atau dua minggu saja.
                Setelah dua minggu berlalu tanpa Nindy, saya mulai merasakan kehilangan, gadis polos yang sering membuat seisi kelas tertawa, dan membuat saya tersenyum, kini tak ada. Saya melihat dirly juga sedikit murung, apa mungkin karena tak ada lagi Nindy?
                Lagi-lagi saya bertanya kemana Nindy, setiap saya masuk kelas pasti saya tanya Nindy, entah murid saya ada yang iri atau menyangka saya pilih kasih atau apa, tapi memang saya merasa ada yang kurang tanpa Nindy. Bukan hanya Dirly yang sering digoda Nindy, teman yang lainpun pernah digodanya, tapi bukan berarti Nindy gadis yang centil, dia sama sekali jauh dari kesan Centil dan genit, godaan Nindy bukan seperti itu, Nindy anak yang polos dan baik, dia hanya menggoda dengan kata-kata sindiran yang bertujuan untuk bercanda, bukan hal serius.
                Arya dan Aryo juga salah satu korban Nindy. Mereka berdua sering tersipu malu saat Nindy menggodanya, Nindy bilang dia adalah fans sejati si kembar. (nanti akan saya ceritakan di kisah dua)
                “nia, ada kabar dari Nindy?” tanya ku pada Nia
                “enggak bu” jawabnya
                “dia dinikahin papanya bu” celetuk Cipta, anak cowok berkulit putih yang sering menggoda Nindy dan Dirly.
                “siapa tuh yang bilang dinikahin??awas ya ngomong macem-macem” balas Dirly
                “wuuuuu, takut niyeeee” jawab Cipta
                “ah Dir, lo mah waktu dia ada cuek, dia gak ada galau” ucap Roni
                “becanda kaliii, siapa juga yang peduli” jawab Dirly
                “yeeee Dirly galau tuh, Nindy dinikahin” goda Cipta.
                “udah, mudah-mudahan Nindy secepatnya kasih kabar” ucap saya, berusaha mencairkan suasana.
                Memang sedikit berbeda tanpa adanya Nindy, bukan sedikit tapi banyak. Seakan keceriaan hilang setengahnya tanpa dia.
                Sampai akhirnya Ujian Akhir Semester tiba, dan Nindy juga tak ada. Saya lihat di absensi peserta ujian, tak ada nama Nindy disana, apa Nindy resmi dikeluarkan? Atau dia keluar. Saya mencari tahu dari Nia.
                “nia, Nindy keluar ya?” tanyaku
                “iya bu, ayahnya mengajaknya pindah lagi, Nindynya sih gak mau, dia juga nangis waktu nelpon Nia, tapi ayahnya bersikeras, Nindy kan gak punya sodara disini, jadi dia harus ikut ayahnya” ucap Nia.
                “yah, mudah-mudahan Nindy betah ditempat barunya, dan ayahnya tak mengajaknya pindah lagi, kasihan dia, harus menyesuaikan diri terus dilingkungan baru” ucapku, menenangkan diri sendiri.
                Sungguh, saya sedih Nindy pergi, saya tak tahu apa yang harus dikatakan, dia tak sempat berpamitan pada saya, bahkan pada teman-temannyapun tidak. Saya selalu ingat senyum Nindy, gaya bicaranya yang polos, dan kata-kata konyolnya yang membuat semua tertawa. Saya yakin dimanapun Nindy berada, dia akan gampang menyesuaikan diri, karena Nindy anak yang baik hati dan ceria, dia tulus dalam berteman. Saya akan selalu mengingat Nindy dan senyumnya. Semoga Nindy mendapatkan Cinta sejatinya yang tak bisa dia dapatkan dari Dirly.
SPECIAL FOR :   NINDYA MAHARANI